PANDANGAN HIDUP KASUS TERORISME INDONESIA
Teror bom yang terus bergulir yang terus meluncur tak terkendali, merugikan banyak orang, yaitu para korban yang mati dan terluka. Islam dan kaum Muslimin juga panen fitnah akibat aksi teror yang didalangi manusia-manusia “sakit” itu. Akal ratusan juta masyarakat Indonesia selama berminggu-minggu dicekoki secara intensif oleh isu teror dan kekacauan opini. Tanpa disadari, isu teror itu telah menciptakan ketakutan publik yang sangat massif. Berita perburuan, penangkapan, penahanan, interogasi, penyerbuan, penembakan, pengepungan, pengrusakan, razia di jalan, kampanye keamanan, dll. menjadi makanan sehari-hari. Belum lagi munculnya sikap curiga, prasangka buruk, fitnah, serta tindakan-tindakan boikot sosial kepada orang-orang tertentu yang tampak memiliki “ciri teroris”.
Sasaran teror adalah simbol-simbol Barat. Kapitalis Barat sangat nyata
mengalir ke negri ini, celakanya bukan memberi kemakmuran dan keadilan pada
rakyat seperti digembar-gemborkan oleh pihak penguasa atau pemerintah, justru
kapitalisme itu memperlebar “ketimpangan” hidup dan kehidupan rakyat. Karenanya
Barat menjadi metaphor keserakahan yang harus dihentikan. Inilah yang sering
disebut terorisme Global. Terorisme Global ini menebar ketakutan pada dunia,
atas ketimpangan globalisasi. Secara eksplisit para teroris itu ingin
menunjukkan penolakkan terhadap jenis modernitas dan sekularisasi. Simbol
meodernitas dan sekularisasi adalah Barat.
Kalau kita monitor secara seksama dinegara kita, kebanyakan teroris itu
menyerang akses barat sebagai wujud perlawanan terhadap kecongkakan
globalisasi. Sudah beberapa tahun silam diingatkan oleh para pakar, oleh para
pemikir sosial bahwa globalisasi telah membagi masyarakat dunia kedalam
kelompok-kelompok pemenang, penerima keuntungan dan pecundang. Terorisme global
adalah perlawanan para pecundang terhadap pemenang. Para pecundang punya dalih
bahwa globalisasi merupakan “pencabutan cara-cara hidup tradisional dengan
jalan kekerasan”.
Selain itu, ajaran Islam sendiri menjadi olok-olok banyak orang. Konsep
negara Islam (Daulah Islamiyyah), sistem Kekhalifahan Nabi, Jihad Fi
Sabilillah, pedoman Al Qur’an dan Sunnah, ideologi Islam, Syariat Islam, dll.
hari ini menjadi bulan-bulanan manusia-manusia berlidah api. Mereka manfaatkan
isu terorisme untuk menyerang Allah dan Rasul-Nya, melecehkan ajaran Islam,
menghina warisan sejarah Islam, dan menebarkan fitnah-fitnah luar biasa.
Sungguh sangat keji perbuatan manusia-manusia nista itu. Mereka sudah tahu,
bahwa selama itu berbagai kalangan Islam telah susah-payah menjelaskan, bahwa
islam tidak mengajarkan terorisme. Islam mengajarkan sikap adil, bukan menjadi
pengecut. Tetapi manusia-manusia nista itu tetap saja menyerang Islam,
menyerang Daulah Islamiyyah, menyerang para Mujahidin, menyerang ideologi Islam,
menyerang ajaran Nabi Saw, menyerang Allah dan Rasul-Nya. Padahal semua
simbol-simbol kesucian Islam itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan
terorisme.
Bagaimana mungkin, agama allah yang maha suci dipaksa bertanggung-jawab
atas perbuatan-perbuatan teror hina? Sungguh, andai kita mendiamkan masalah
ini, tanpa memberi peringatan, mungkin bangsa ini akan hancur karena kebejatan
moral elit-elit tertentu yang gemar menistakan agama Allah. Termasuk aksi “diam
1000 bahasa” para politisi yang selama ini mendapat jabatan dan kepuasan
setelah menjual agama dengan harga murah.
Maka sekarang kita harus berbuat sesuatu, sekuat kesanggupan diri kita,
untuk menghindari adzab Allah yang akan ditimpakan kepada bangsa yang durhaka.
Kita harus menegakkan izzah islam, ketika manusia-manusia berhati syaitan
berlomba ingin merobohkan izzah itu.
Pandangan negatif soal terorisme ini masalahnya adalah sederhana saja:
kekeliruan dalam menafsirkan doktrin agama, “the perversion of religious
interpretation”. Mereka bukan pahlawan kaum miskin dan pejuang ketidakadilan.
Dan sudah seharusnya kita tak usah menganggap mereka sebagai pahlawan, entah
pahlawan dunia Islam apalagi kaum miskin yang menjadi korban ketidakadilan.
Mereka adalah penjahat. Titik! Ayat-ayat Quran yang selama ini mereka pakai
untuk menjustifikasi tindakan mereka tidak akan bisa menyelamatkan mereka dari
kutukan publik.
0 Comments
-Please Provide Your Comments-