Adrimy Yurtha

by - January 01, 2019



Begitu liar nya otak ini, bahkan bisa dibilang tak ada hati untuk bisa mengambil keputusan seperti itu, tak terasa berat pun sepertinya karena memang belum pernah berada di posisi dan moment seperti itu. Namun hanya beberapa jam, penyesalan datang kemudian. Aku melihatnya, seketika air mata ini menetes menangis tanpa bisa berhenti, tubuhku bergetar, nafas teramat sesak, bibirku kelu, kaki lemas seakan tak sanggup untuk tetap berdiri.

Aku melihat wajahnya. "Bagaimana ini? Bagaimana ini? Bagaimana ini?". Sambil menangis berulang kali hanya itu yang aku ucapkan. Tak sanggup aku keluar dari ruangan itu, namun akupun tak sanggup melihatnya. Sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak ditempatnya, tubuhku serasa kosong hilang isi.

Di malam kedua, aku membawamu pulang, aku membiarkan waktu untuk bisa bersamamu beberapa saat lagi, menangisi dirimu, menyayangi yang sudah tidak ada, mencintai yang sudah pergi, menumbuhkan naluri batin pada yang sudah tidak di sisi. Aku menyesal, sungguh aku menyesal, maafkan aku sayang, aku harus meninggalkanmu, namun akan kutempatkan dirimu di dekatku.

Pada air mata yang jatuh kali ini, kuselipkan salam perpisahan panjang. Selamat jalan belajahan jiwaku, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, Kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. Waktumu sangat singkat bersamaku. Terima kasih sayang sudah hadir bersamaku, wajahmu akan senantiasa terlukis dibenakku, dan kamu adalah hadiah yang terindah dariNya.

You May Also Like

0 Comments

-Please Provide Your Comments-