PERILAKU PRODUSEN
A. Produsen dan
Fungsi Produksi
Kalau kita
berbicara tentang produsen, tentu saja salah satu dari tujuannya yang terbesar
adalah menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal se”minim”
mungkin, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang ingin merugi. Namun bila
ditelaah lebih lanjut, tidak sedikit produsen yang “bermain nakal” dalam
usahanya, terlebih lagi dalam bidang penyediaan bahan pangan. Banyak
kasus-kasus di negeri ini tentang hal tersebut, namun pada kesempatan ini
penulis hanya akan mengangkat tentang masalah tahu berformalin.
Industri tahu cenderung bersifat padat karya, yaitu
lebih menekankan pada kuantitas tenaga kerja yang dipekerjakan pada bidang
produksi industry tersebut. Bila dicermati lebih mendalam, industri ini
mengeluarkan uang yang relatif banyak dikarenakan sifatnya yang padat karya.
Pada satu sisi, meskipun gaji tenaga kerja pembuat tahu tidak besar, namun
pekerjanya berjumlah banyak. Hal ini dapat kita kaitkan dengan teori produksi
yang berbunyi :
“Bila seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan
proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1) Berapa output yang harus diproduksikan. 2) Berapa dan dalam kombinasi
bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.”
Dan bahasan Produksi Optimal yang berbunyi:
“Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di
mana Y = jumlah produk; PY = harga produk; X = faktor produksi; Px = harga
faktor produksi.”
Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa produsen
harus memiki kemampuan untuk menentukan berapa banyak faktor produksi yang
diperlukan agar harga produksi menjadi optimal.
Namun permasalahan tidak berhenti pada poin bahasan di
atas, banyak produsen yang kurang merasa puas dengan keuntungan yang
diperolehnya, baik dari faktor dalam industri maupun faktur luar, dalam bahasan
ini, faktor luar yang dimaksudkan adalah tidak lakunya produk jualan
dikarenakan masa layak konsumsi produk yang kurang tahan lama. Maka ada
produsen yang bertindak curang, diantaranya untuk menekan kerugian akibat tidak
lakunya produk tahu tersebut, dalam hal ini produsen memakai formalin untuk
menambah masa layak konsumsi produk tahunya.
Bila kasus tersebut dihubungkan dengan teori Least
Cost Combination, maka kita akan memperoleh keterkaitan bahwa pengusaha
menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang
digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang
menggantikan atau yang mensubstitusi. Karena bila produsen memberikan formalin
pada produk tahunya, maka nilai input hanya akan bertambah sedikit, namun
berdampak besar pada keuntungan yang akan diterima produsen.
Dalam teori
ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi
produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan
hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang
dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa
memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga
produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn), dimana Y = tingkat
produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor
produksi (input) yang digunakan.
Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan
tunduk pada suatu hukum yang disebut :
The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil
Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input
ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula
naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.
Hubungan produk dan faktor produksi mempunyai lima
sifat yang perlu diperhatikan, yaitu :
Catatan :
-Kurva Physical Total (TPP) adalah kurva yang
menunjukkan tingkat produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input
variable.
-Kurva Produk Marginal adalah kurva yang menunjukkan
tambahan dari input physical product yang disebabkan oleh penhggunaan tambahan
1 unit input variable.
-Kurva Produk rata-rata (APP) adalah kurva yang
menunjukkan hasil rata-rata perunit input variable pada berbagai tingkat
penggunaan input tersebut.
1) Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah ( garis
OB), di mana produk marginal semakin besar; produk rata-rata naik tetapi di
bawah produk marginal.
2) Pada titik balik (inflection point) B terjadi
perubahan dari kenaikan hasil bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di
mana produk marginal mencapai maksimum (titik B’); produk rata-rata masih terus
naik.
3) Setelah titik B, terdapat kenaikan hasil berkurang
(garis BM), di mana produk marginal menurun; produk rata-rata masih naik
sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C’ , di mana pada titik ini
produk rata-rata sama dengan produk marginal.
4) Pada titik M tercapai tingkat produksi maksimum, di
mana produk marginal sama dengan nol; produk rata-rata menurun tetapi tetap
positif.
5) Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif,
di mana produk marginal juga negatif produk rata-rata tetap positif.
Dari sifat-sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa
tahapan produksi seperti yang dinyatakan dalam The Law of Diminishing Returns
dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a. produksi total dengan increasing returns,
b. produksi total dengan decreasing returns, dan
c. produksi total yang semakin menurun.
Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis
mengenai hubungan antara produk total, produk rata-rata, dan produk marginal
dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula
digunakan analisis matematis.Sebagai contoh,misalnya
dipunyai fungsi produksi :
Y = 12X2 – 0,2 X3,
dimana :
Y = produk
X = faktor produksi.
B. Produksi
Optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep
efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada
umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis,
pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan
keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep
efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada
syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis,
syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y
-Px.X, di mana Y = jumlah produk;
PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga faktor produksi.
C. Least Cost Combination
Persoalan least cost combination adalah menentukan
kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi
yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya
untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau
disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang
mensubstitusi.
0 Comments
-Please Provide Your Comments-