SANG KEDUA
Terkadang cinta tidak pernah untuk satu. Wahai hati yang
kedua, selamanya kau akan menjadi yang paling perih. Kamu menjadi yang harus
mengalah. Mengalah yang tidak berujung, rasa remuk hati dan tetesan air mata
yang entah kapan berakhir. Kamu tahu
sebenarnya yang kedua itu pilu, semesta pun akan mengutuk karena kamu ada di
posisi itu. Celaan pun akan mengalir kamu dengar. Logika dan hatimu akan selalu
perang tanpa tahu bagaimana semestinya. Tapi sebelumnya, tolong bantu aku menjawab
pertanyaan ini. “Bisakah kau membohongi rasa hati?”
Tak bisa aku elakkan bahwa cinta telah tertahta di dua hati
yang tidak pasti. Saat aku lupa posisi bahwa semesta tengah mengutuk, saat itu
pula rasanya cinta yang aku rasa sepenuhnya untukku. Sayang dan perhatian yang
aku rasa darinya telah memberi energi bahagia untuk jiwaku. Dia seperti benteng
yang siap menahan saat aku jatuh tersungkur. Saat aku dan dia memiliki satu
rasa sakit yang sama, dan kita saling menguatkan dengan penuh kasih sayang, saat
itu rasanya hati berdesir seraya berkata “you are the only one”.
Waktu berjalan semakin panjang dan dia (yang sebenarnya
termiliki) semakin terpahat di dalam hatiku. Dulu, sebelum mengenalmu aku
terbiasa dengan sepi, aku kuat dan mandiri mengerjakan segala sesuatu walau
sendiri. Tapi setelah kau datang, dan kala kamu jauh tidak bersamaku, saat itu
aku merasa sepi tak bersahabat, saat itu rasanya sepi terasa sakit. Saat itu
aku benar-benar merasa sangat membutuhkanmu. Kamu menjadi orang yang selalu aku
cari saat tidak di sisi, namamu yang aku harapkan ada di samping saat aku duduk
sendiri. Tuhan, bagaimana mungkin aku sebegininya dengan dia (yang sebenarnya
termiliki). Tuhan, hatiku terasa sakit.
Akan aku lanjutkan uraian lirih hati sang kedua. Aku mengutuk
dan menyumpahmu saat aku tahu kamu menghampiri dia. Dan aku coba untuk menutup
mata, namun ternyata menutup mata adalah cara yang di miliki cemburu untuk
menusukku lebih sakit. Aku menahan air mata saat kamu salah sebut namaku dengan
namanya, walau genggaman tangan itu menyusul tanda maaf. Dalam posisi seperti
ini hatiku selalu berkata “tolong selamatkan aku”.
Kasih, bahagia bersamamu setara dengan rasa sakit yang
menyayat hati ini. Entah sampai kapan. Aku dan kamu akan tetap menjadi rahasia.
0 Comments
-Please Provide Your Comments-